Renjana, sebuah novel romansa dewasa mengisahkan seorang raja Majapahit yang menghapus eksistensi dirinya dari sejarah, dan rela dikutuk menjadi immortal demi bertemu dengan reinkarnasi sang istri. Terdengar romantis bukan?
     Novel lokal yang mengabungkan 4 topik yang tak biasa, yakni reinkarnasi, mitologi Jawa, kebudayaan keraton Yogyakarta, dan sejarah. For your information, novel ini dilahirkan saat penulis -ElAlcia- masih duduk di bangku SMA, patut diacungi jempol!
     Adanya unsur kebudayan keraton Yogyakarta membuat beberapa dialog memakai bahasa Jawa. Tak perlu khawatir, karena ada terjemahan dialog di catatan kaki. Hitung-hitung belajar bahasa barukan ><.
     Meski alur novel ini maju mundur, tetapi penempatan dan peralihan dari masa sekarang ke masa lalu tidak membingungkan pembaca. Menurutku, sangat tepat menempatkan kisah masa lalu sebagai bagian dari mimpi karakter utama. 
     Karena aku sangat tertarik dengan cerita reinkarnasi, tak membutuhkan waktu lama untuk menamatkan novel setebal 337 halaman ini. Mungkin hanya sekitar 6 jam. Namun di tengah cerita, hampir mau berhenti membaca novel ini karena merasa kasihan dengan Gentala atau Gen, karakter utama wanita di masa sekarang.
     Semua karakter di novel ini seperti menyiapkan kehidupan hanya untuk sosok masa lalu dari karakter utama wanita. Seolah-olah Gen di masa sekarang hanya sekadar wadah saja.
     Lalu kenyataan bahwa Gen harus kembali kehilangan kebebasannya hanya karena cinta.... Rasanya mau meluk dan menyemangati Gen :(. Apalagi begitu selesai baca, merasa kalau Gen seperti dijadikan hadiah untuk Pram, karakter utama pria. 
     Tak mau menutup mata jika Pram juga mengalami penderitaan, namun mengingat peristiwa yang dialami Gen baik di masa lalu ataupun sekarang... huft nanti malah jadi spoiler :(.
     Secara keseluruhan, novel ini bagus bagi yang tertarik dengan sejarah dan reinkarnasi. Menurutku, sangat disayangkan konflik di novel ini kurang greget, dan juga karakter utama pria yang bisa membuat pembaca mengelus dada.

Renjana

13 September 2024

     Blopgpost kali ini disponsori oleh rasa gagal move on karena ke-trigger melihat post X yang membahas kematian Sang Ninja Jenius, Neji Hyuga. Karakter fiksi? Yap, benar. Karakter fiksi temannya Naruto yang meninggal di depan matanya sendiri. 

   Huft, sejujurnya sampai sekarang masih gondok sama Kishimoto... Yang benar aja lu matiin karakter potensial kaya Neji :(, cinta pertamaku sejak kelas 2 SD...Neji...

    Coba lihat Neji, walau di awal kemunculannya dia sangat congkak dan aku tetap naksir pada pandangan pertama. Sikapnya mulai berubah setelah tanding dengan Naruto di ujian chunin, rasa benci ke keluarga utama klan Hyuga juga hilang. Berubah jadi sosok kakak idamanan, gentlemen, dan tentunya aku makin naksir.

     Ok balik ke topik, selain karena masalah pribadi ada alasan lain mengapa kematian Neji ini banyak yang menyayangkan. Apalagi momen tersebut agak tragis, di mana punggungnya kena tusuk gigi jumbo ketika melindungi Hinata yang berniat menyelamatkan Naruto. 

     Sudah jadi rahasia umum di kalangan pencinta anime Naruto kalau Neji termasuk salah satu ninja berbakat di desa Konoho, apalagi dia berasal dari klan ternama dan punya dampak besar terhadap perubahan kondisi klan. 

     Agak gondok sebenarnya mengetik ini. Sempat baca wawancara Kishimoto yang membahas tentang alasan Neji dibuat meninggal karena untuk membuat Naruto dan Hinata menjadi semakin dekat. Ironisnya kepergian Neji tak begitu berdampak besar terhadap kisah asmara Naruto dan Hinata. Mereka tetap membutuhkan 1 film untuk bisa masuk ke hubungan yang lebih intim.  Sedangkan Neji sudah jadi arwah di film tersebut.

     Mungkin jika Neji masih hidup di era Boruto aka generasi anaknya Naruto dan Hinata, dia bakalan jadi sosok penting di klan atau bisa juga jadi penasihat hokage seperti Shikamaru. Yang paling penting, aku bisa melihat sosok dewasa dari Neji yang bergerak, berwarna, dan bersuara :(.
Huft Neji...
Mau end game malah makin cakep😔


Kematian Sang Jenius

08 September 2024